Gelar RDP, Pengusaha Inginkan Batam Tetap FTZ, Pemko Batam Inginkan Batam Ditransformasi Menjadi KEK
Selasa, 22 Mei 2018
BATAM, Infokepri.com – Para pengusaha di Kota Batam tidak setuju jika status Batam dari Free Trade Zone (FTZ) beralih menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Perubahan tersebut dinilai mereka sebagai langkah mundur lantaran sebelum FTZ seperti saat ini status Batam adalah Special Zone atau Enclave sebuah kawasan yang khusus menyerupai KEK seperti rencana ke depan menjadikan status Batam menjadi KEK.
“ Menurut saya status Batam menjadi KEK tidak tepat lantaran tahun 2004 yang lalu sudah diterapkan sebelum diganti menjadi FTZ. Hal ini sudah saya sampaikan kepada Menko Perekonomian, Darmin Nasution bahwa KEK tidak tepat. Perjuangan kita dengan FTZ bukan untuk kepentingan tertentu, tetapi untuk kepentingan Batam, agar bisa bersaing," kata Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kota Batam, Jadi Rajaguguk saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar di ruang Pimpinan DPRD Kota Batam, pada Selasa 22 Mei 2018.
RDP yang dipimpin oleh Ketua DPRD Kota Batam, Nuryanto SH.MH ini dihadiri oleh Pengusaha, Wakil Walikota Batam, Amsakar Achmad dan sejumlah pejabat Pemkot Batam, dan Badan Pengusahaan (BP) Batam.
RDP ini digelar untuk membahas status Batam apakah akan tetap berstatus FTZ atau beralih ke KEK.
Jadi Rajagukguk juga menjelaskan bahwa proses transformasi Batam dari FTZ ke KEK sudah berjalan sejak 2016 lalu. Meskipun belum memperlihatkan gerak dari proses transformasi ini, perubahan status Batam dinilai akan membawa pengaruh baik untuk ekonomi Batam.
Hal senada juga disuarakan oleh pengusaha lainnya yang hadir dalam RDP ini, Intinya pengusaha meminta pemerintah tetap mempertahankan FTZ dengan menambah fasilitas untuk mengimbangi kemajuan dan perubahan dunia internasional.
Para pengusaha mengakui selama kurang lebih 11 tahun berjalan status FTZ belum membawa perubahan signifikan pada peningkatan perekonomian di Kota Batam, sebaliknya justru yang terjadi adalah perlambatan dalam beberapa tahun sebelumnya.
Di tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Batam berada angka 7,1 persen, berikutnya terus memgalami penurunan, hingga akhirnya pada tahun 2016 hanya mencapai angka pertumbuhan terendah sebesar 2,1 persen. Meskipun pada 2017 mengalami peningkatan menjadi 2,7 persen, namun angka ini dinilai belum membantu.
Sementara itu, Wakil Walikota Batam, Amsakar Achmad mengatakan bahwa sejak FTZ tren pertumbuhan ekonomi menukik ke bawah. FTZ tidak membawa manfaat sehingga perlu dikaji ulang.
“Kita harus memberi makna memberi daya saing Batam," kata Amsakar Achmad.
(AP)